Bismillah wal-hamdu lillah,
Penulis kali ini menyajikan sebab-sebab turunnyaAl-Qur’an Surah al-Hujurat. Mungkin pembaca bertanya-tanya, untuk apa kita
mencari dan mengetahui hal ini? Pembaca bias memperoleh jawabannya pada
postingan sebelumnya mengenai Asbȃbun-nuzȗl.
Oleh karena itu, langsung saja selamat membaca
sebab-sebab turunnya ayat-ayat dalam surat al-Hujurat berikut dalam bahasa
Indonesia :
1.
Sebab turunnya ayat
1 sampai 5
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa kafilah Bani Tamim datang kepada Rasulullah Saw. Pada waktu itu Abu Bakar
berbeda pendapat dengan Umar mengenai siapa yang seharusnya mengurus kafilah
itu. Abu Bakar menghendakai al-Qa’qa’ bin Ma’bad, sedangkan Umar menghendaki al-Aqra’
bin Habis. Lalu Abu Bakar berkata pada Umar : “Kamu hanya ingin menyelisihiku.”
Umar menjawab : “Aku tidak bermaksud
demikian.” Kemudian perselisihan tersebut berlangsung sampai terdengar
keras suara keduanya, maka turunlah surah al-Hujurȃt ayat 1
sampai 5. Diriwayatkan oleh al-Bukhȃri dan lainnya, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu
Abi Mulaikah, yang bersumber dari Abdullah bin Zubair.[1]
Dalam riwayat lain dikemukakan
bahwa orang-irang menyembelih kurban sebelum waktu yang ditetapkan oleh
Rasulullah Saw. Maka Rasulullah memerintahkan unrtuk berkurban sekali lagi.
Ayat pertama surah al-Hujurȃt ini turun sebagai laranga kepada kaum mukmin
untuk mendahului ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Diriwayatkan dari Ibnu
al-Mundzir dari al-Hasan.[2]
Dalam riwayat lain disebutkan
bahwa orang-orang mendahului puasa sebelum masuk bulan Ramadlan yang ditetpakan
Rasulullah Saw. Ayat 1 surah al-Hujurȃt ini turun sebagai teguran kepada
mereka. Diriwayatkan oleh al-Thabrani di dalam kitab al-Ausath, yang bersumber
dari ‘Aisyah.[3]
Dalam riwayat lain dikemukakan
bahwa orang-orang pada waktu itu menghendaki turunnya ayat mengenai sesuatu
perkara. Maka turunlah ayat 1 surah al-Hujurȃt yangmelarang mendahului
ketetapan Allah dan Rasul-Nya Saw.. Diriwayatka dari Ibnu Jarir yang bersumber
dari Qatadah.[4]
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa orang – orang berbicara keras dan nyaring ketika berbicara kepada
Rasulullah Saw.. Maka turunlah ayat 2 surah al-Hujurȃt sebagai larangan atas
perbuatan sseperti itu. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari
Qatadah.[5]
Dalam suatu riwayat dikemukakan,
apabila orang – orang arab berkunjung kerumah Rasulullah Saw. Mereka suka
berteriak memanggil beliau dari luar rumah dengan ucapan : “ Hai Muhammad! Hai
Muhammad” Maka Allah menurunkan ayat 4 sampai 5 surah al-Hujurȃt yang
menunjukkan perbuatan seperti ini bukan merupakan akhlak Islam.[6]
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa al-Harits menghadap Rasulullah Saw.. Beliau mengajaknya untuk masuk
Islam. Ia pun berikrar menyatakan diri masuk Islam. Beliau juga mengajakanya
untuk membayar zakat, ia pun menyaggupi kewajjiban itu dan berkata: “Ya
Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam dan
menunaikan zakat. Orang-orang yang mengikuti ajakanku, akan aku kumpulkan
zakatnya. Apabila telah tiba waktunya, kirimkanlah utusan unruk mengambil zakat
yang telah kukukmpulkan itu.”
Ketika al-Harits telah banyak
mengumpulkan zakat, dan waktu yang sudah ditetapkan pun telah tiba, tak
seorangpun utusan yang datang menemuinya. Al-Harits mengira telah terjadi
sesuatu yang menyebabkan Rasululllah marah kepadanya. Ia pun memanggil para
hartawan kaumnya dan berkata : “Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu
untuk mengutus seseorang untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan
beliau tidak pernah menyalahi janji. Akan tetapi aku tida tahu kenapa belliau
menangguhkan utusannya itu. Mungkinkan beliau marah? Mari kita berangkat
menghadap Rasulullah Saw..”
Rasulullah pada waktu yang telah
ditetapkan mengutus al-Walid bin ‘Uqbah untuk mengambil dan menerima zakat yang
berada pada al-Harits. Ketika al-Walid berangkat, di perjalanan hatinya mereasa
gentar, lallu ia pun pulan sebellum sampai tempat yang dituju. Ia melaporkan laporan
palsu kepada Rasulullah Saw. Bahwa al-Harits tidak mau menyerahkan zakat
kepadanya, bahka mengancam akan membunuhnya.
Kemudian Rasulullah Saw.
Mengirikan utusan yang lain kepada al-Harits. Di tengah perjalanan utusan
tersebut berpapasan dengan al-Harits dan sahabat-sahabatnya yang sedang menuju
kepada Rasulullah saw.. setelah berhadap – hadapan, al-Harits menayai utusan itu
: “ Kepada siapa engkau diutus?” Utusan itu menjawab: “Kami diutus kepadamu”.
Dia bertanya : “Mengapa?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. Telah
mengutus al-Walid bin ‘Uqbah. Namun ia mengatakan bahwa engkau tidak mau
menyerahkan zakat, bahkan bermaksud membunuhnya.” Al- Harits menjawab : “Demi
Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak
melihatnya. Tidak ada yang datang kepadaku.”
Ketika mereka sampai di hadapan
Rasulullah Saw., bertanyalah beliau: “Mengapa engkau menahan zakat dan akan
membunuh utusanku?” Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang telah mengutus engkau
dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka turunlah ayat keenam
surah al-Hujurȃt sebagai peringatan kepada kaum mukmin agar tidak
menerima keterangan dari sebelah pihak saja. Diriwayatkan dari Ahmad dan lainya
dengan sanad yang baik, yang bersumber dari al-Harits bin Dlirar al-Khuza’i.
Para perawi dalam hadits ini sangat dapat dipercaya.[7]
3.
Sebab turunya surah
al-Hujurȃt ayat kesembilan.
Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa Nabi Saw. naik keledai pergi ke rumah ‘Abdullah bin Ubay (seorang munafik).
Berkatalah ‘Abdullah bin Ubay: “Enyahlah Engkau dariku! Demi Allah, aku
terganggu karena bau busuk keledaimu ini.” Seorang Anshar berkata : “Demi Allah,
keledai ini lebih harum baunya daripada engkau.”. marahlah anak buah ‘Abdullah
bin Ubay kepadanya, sehingga timbullah kemarahan pada kedua belah pihak, dan
terjadilah perkelahian dengan menggunakan pelepah kurma, tangan dan sandal.
Maka turunlah ayat kesembilan surah al-Hujurȃt berkenaan dengan
peristiwa tersebut.[8]
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa seseorang laki-laki mempunyai dua atau tiga nama. Orang tersebut sering
dipanggil dengan nama yang tidak ia senangi. Ayat kesebelas ini turun sebagai
larangan untuk memberikan gelar yang tidak menyenagkan pada orang lain.
Diriwayatkan di dalam kitab sunan yang empat ( Sunan Abu Dawud, Sunan
al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i dan sunan Ibnu Majah), yang bersumber dari Abu
Jubair al-Dlahhak. Menurut al-Tirmidzi, hadits ini hasan.[9]
5.
Sebab turunnya surah
al-Hujurȃt ayat keduabelas
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa ayat in turun berkenaan dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai
makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada yang mempergujingkan
perbuatannya. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat dan
menceritakan aib orang lain. Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari
Ibnu Juraij.[10]
6.
Sebab turunnyasurah al-Hujurȃt ayat ketigabelas.
Dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika Fathu Makkah (penahlukan kota Makkah), Bilal naik ke atas Ka’bah untuk
mengumandangkan adzan. Beberapa orang berkata : “ Apakah pantas budak hitamm
ini azan di atas Ka’bah?” Maka berkatalah yang lainnya : “Sekiranya Allah
membenci orang ini, pasti Dia akan menggantinya.” Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam
Islam tidak ada diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
Diriwayatakan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abi Mulaikah.[11]
7.
Sebab turunnya surah
al-Hujurȃt ayat tujuhbelas.
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa sebagian bangsa Arab berkata : “Wahai Rasulullah! Kami beriman dan tidak
memerangi tuan, akan tetapi suku yang
lain memerangi tuan.” Orang ini turun melukiskan sifat – sifat orang
yang merasa berjasa karena masuk Islam. Diriwayatkan oleh al-Thabrani dengan
sanad yang hasan, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Abi Aufa.[12]
[1]
Qamaruddin Shaleh
dkk, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis Turunnya
Ayat-Ayat al-Qur’an),(Bandung : CV. Diponegoro,
Edisi II,cet X,2009), hlm.510,
Lihat pula Isma’il Ibnu Katsir,
Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim (Damaskus : Dar al-Khair, 2006)IV:260
Lihat pula, Jalalu al-Din ‘Abdi
al-Rahman Ibnu Abu Bakar al-Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (tt :
Muthbi’ah Musthafa al-Babi al-Halabi),
hlm.199
Lihat pula,
Muhammad bin ‘Abdullah Ibnu al-‘Arabi, Ahkamu al-Qur’an
(Beirut : Dar al-Jil, tt), IV: 1712
[4] Ibid,hlm.511
+ Comments + 4 Comments
Terimakasih atas artikelny
Sama-sama. Terima kasih atas kunjungannya.
Makasih Kak.
boleh saya tahu nama penuh tajuk buku ibid yang yang dijadikan sebagai rujukan tu ?
Post a Comment