Untaian Hikmah

Sahabat semua yang berbahagia, beberapa hari yang lalu ku buka hp tua saya, nokia 2626, yang telah menemani saya bertahun-tahun yang lalu (walaupun belakangan ini agak terlantar hpnya karena baterainya yang sudah mulai tidak stabil). Ku lihat kembali catatan-catatan hikmah yang sempat kutulis dalam catatan. Untaian hikmah yang sempat ku simpan dari kiriman teman, sms-sms hadis, atau potongan-potongan hikmah yang ku dapatkan dari buku yang pernah saya baca.
Kata-kata hikmah

Oke, untuk mempersingkat cerita saya tentang sumber untaian hikmah ini, langsug saja saya persembahkan beberapa catatan hikmah berikut. semoga bermanfaat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Berbagai macam cobaan akan ditimpakan pada hati manusia secara bertubi laksana proses menganyam tikar. Hati manapun yang menyerapnya, maka akan munculah padanya noktah hitam. Sedangkan, hati manapun yang menolaknyamaka akan muncul padanya noktah putih. Sehingga hati itu menjadi salah satu dari 2 kemungkinan, hati yang jernih seperti shafa (sesuatu yang jernih), ia tidak akan terkena fitnah, sedangkan yang satu lagi adalah hati yang hitam keabu-abuan, tidak mampu mengenali yang ma’ruf dan tidak bisa menolak yang mungkar. (H.R. Muslim)

Berkata Imam Syafi’i :
Kebaikan ada pada 5 hal :
- kekayaan jiwa 
- menahan dari menyakiti orang lain
- mencari rizki yang halal
- taqwa
- tsiqah pada Allah

Keikhlasan butuh pada kejujuran dan kejujuran tidak butuh pada sesuatu. Karena hakikat keikhlasan adalah mengharapkan Allah dengan ketaatan, sedangkan kejujuran adalah mengharapkan Allah dengan ketaatan yang disertai khusyuk/hadirnya hati kepada-Nya. Oleh karena itu, setiap orang yang jujur adalah ikhlas dan tidak setiap orang yang iklash itu jujur. (Imam Nawawi)

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara. Seseorang yang Allah berikan harta kemudian ia infakkan pada malam dan siang hari, dan seorang yang Dia berikan kitab ini (Hafal al-Qur’an) kemudian ia amalkan pada malam dan siang hari. Allahu a’lam.

Dari Abdullah bin Amr bi ‘Ash, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Saya telah melihat manusia, ikatan janjinya telah diabaikan, ringan amanahnya, serta mereka demikian dan beliau menyilangkan jari jemarinya. Maka tinggalah dirumahmu, tahan lisanmu, ambil yang engkau ketahui, tinggalkan yang engkau ingkari, atasmu dirimu saja, dan tinggalkan urusan orang umum. (H.R. Ahmad)

Dunia adalah jembatan akhirat, oleh karena itu seberangilah dan jangan jadikan tujuan,  tidaklah berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jembatan. (Yahya bin Mu’adz).

Menghabiskan malam untuk memilah-milah ilmu lebih aku nikmati daripada biduwanita yang berleher jenjang, goresan penaku di atas lembarannya lebih panas membakar dari pada penyakit dan kerinduan, tabuhan jemari wanita pada rebananya tidak lebih lezat bagiku dari pada pencarianku untuk menyingkirkan pasir dari kertas-kertasku, kecenderunganku yang mengantarkanku dalam memecahkan kesulitan hal-hal yang tersembunyi lebih menggiurkan dari pada tuntutan jiwa, dan aku bermalam dengan yang diharapkan dan bermalam dengan tidur, dan setelah itu yang tetap adalah pengetahuanku. (Imam Syafi’i)

Penyakit hati yang paling parah adalah syirik, dosa, kelalaian atau meremehkan cinta dan ridlo Allah, enggan bertawakal pada-Nya, jarang bersandar pada-Nya, lebih cenderung pada selain-Nya, kecewa menghadapi taqdir-Nya, atau ragu terhadap janji dan ancaman-Nya. (Ibnu Qayyim).

Mengutamakan Allah dan Rasul :
QS, al-Ahzab (33): 36
QS. al-Nur (24): 51

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Barang siapa mengutamakan cinta Allah di atas kecintaan manusia, maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia. (Riwayat al-Thabrani), paling kuat hubungan keimanan adalah cinta karena Allah dan benci karrena Allah. Al-Thabrani. Al-Baqarah (2) :  165

Fitrah Ilahiyah
Ali Imran (3) : 83

Pentingnya keimana :
QS. Al-Nur (24) : 39

Sumber kebahagiaan :
QS. Al-Fath (48) : 4
QS. Al-Baqarah (2) : 112
QS. Al-Isra’ (17) : 7
QS. Al-Maidah (5) : 6
QS. Al-Rahman (55) : 60

 

Sebab-sebab turunya ayat QS. Al-Anbiya


Pada kesempatan ini penulis hanya ingin membawakan sebab-sebab turunnya ayat dalam surah yang ke-21 dalam al-Qur’an, yaitu surah al-Anbiya, yang berada pada juz yang ke-17. Kalau pembaca memakai mushaf Utsmani yang standar maka akan bisa dijumpai pada halaman yang ke 322.
Sebab-sebab turunya ayatSurah ini memiliki 112 ayat, yang mana pada pembahasan asbabun nuzul ini hanya akan diungkapkan beberapa ayat saja yang terdapat asbabun nuzul di dalamnya. Adapun urgensi, fungsi dan hal-hal yang terkai dengan asbabun nuzul silakan lihat kembali tulisan penulis pada artikel sebelumnya (klik di sini).
Selanjutnya berikut ini ayat-ayat yang mengandung asbabun nuzul dalam surah al-Anbiya. Sebelumnya perlu penulis jelaskan sistematika penulisan artikel ini, pertama, penulis menuliskan nama surah dan no ayatnya, kemudian tarjamah ayat, baru riwayat yang menyatakan sebab turunya ayat beserta sumber periwayatan di akhir pembahaszn tiap ayat. Penulis tidak menambah penjelasan apapun terkait ayat tersebut selain penyebutan asbabun nuzul saja.
Sebab turunya ayat-ayat dalam surah al-Anbiya

QS. Al-Anbiya (21) : 6
Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun beriman yang Kami telah membiaakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman?

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa penduduk Mekah berkata kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Sekiranya apa yag engkau katakana itu benar dan engkau menghendaki agar kami beriman kapadamu, coba jadikan Gunung Shafa ini emas”. Datanglah Jibril berkata : “Sekiranya engkau mau pastilah apa yang dikehendaki kaummu itu akan terwujud. Namun sekiranya mereka tidak beriman setelah mereka dikabulkan permintaannya, mereka dengan serta merta akan disiksa tanpa diberi tempo lagi. Atau engkau sendiri menangguhkan dalam mengabulkan permintaan mereka dengan harapan agar mereka beriman”. Ayat ini (QS. Al-Anbiya (21) : 6) turun sebagai peringatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa kaum-kaum sebelumnya juga pernah meminta mukjizat, akan tetapi setelah dikabulkan, mereka tetap kufur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah)

QS. Al-Anbiya (21) : 34
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal.”

Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi tahu hari wafatnya, beliau bersabda: “ Ya Rabbi! Siapa yang akan membela umatku ini?” Turunlah ayat ini, yang menegaskan bahwa setiap makhluk tidak ada yang dapat hidup kekal di dunia.
(Diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir yang bersumbeer dari Ibnu Juraij).

QS. Al-Anbiya (21) : 36
“Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan) : “Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?”, padahal mereka adalah orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.”

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di depan Abu Jahl dan Abu Sufyan yang sedang bercakap-cakap. Ketika Abu Jahl melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia tertawa dan berkata kepada Abu Sufyan : “Inilah Nabi Bani Abdi al-Manaf.” Marahlah Abu Sufyan dan berkata : “Apakah kamu akan memungkiri jika dari Bani Abdi al-Manaf ada seorang Nabi?” Percakapan ini terdengar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berbalik kepada Abu Jahl dengan pandangan yang tajam sambil memberikan peringatan: “Aku tidak melihat engkau berhenti mengganggu, sehingga engkau mendapat siksaan sebelum waktu yang seharusnya.” Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi)

QS. Al-Anbiya (21) : 98, 101
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.”(98)
“Bahwasannya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.”(101)

Dalam suatu riwaya dikemukakan, ketika turun ayat 98 dari surah al-Anbiya, bertanyalah Ibnu Zuba’ Radliyallahu ‘anhu : “Apakah penyembah matahari, bulan, malaikat, dan penyembah ‘Uzair seluruhnya di dalam neraka beserta tuhan-tuhan kami?” maka turunlah ayat ke 101, sebagai penegasan bahwa orang-orang yang menepati ketetapan-ketetapan Allah akan dijauhkan dari api neraka. Dan turun pula ayat ke 57-58 surah al-Zukhruf.
(Diriyatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas).

Sekian yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat. Wallahu Ta’ala a’lam.

Diambil dari, K.H.Q. Shaleh,dkk. Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunya Ayat-Ayat al-Qur’an.Edisi 2. Cet ke-10. 2009. Bandung : CV Penerbit Diponegoro
 

Asbabun Nuzul QS. Ibrahim (14)


Bismillah, wa al-Hamdu Lillah
asbabun nuzul QS. IbrahimSaudara semua yang semoga dirahmati Allah. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan asbabun nuzul surah pada juz ke-13 surah yang ke-14, dalam al-Qur’an, QS. Ibrahim, yang memiliki jumlah ayat 52.
Dari ke 52 dua ayat ini ada 2 ayat yang didapati asbabun nuzulnya. Kedua ayat tersebut adalah sebagai berikut :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الّذِيْنَ بَدَّلُوْا نِعْمَةَ الله كُفْرًا وَ أَحَلُّوْا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ(28)
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim(14) : 28)
جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَ بِئْسَ الْقَرَارُ(29)
Yaitu neraka jahannam, mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Ibrahim(14):29)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (QS. Ibrahim(14):28-29) turun berkenaan dengan tokoh-tokoh Quraish yang terbunuh dalam peperangan Badr. Ayat ini menegaskan bahwa pengorbanan mereka demi kekufuran, telah membinasakan dirinya, kaumnya dan negaranya sendiri. Sementara itu, tempat mereka di akhirat adalah neraka jahannam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Atha bin Yasar

 

ETIKA BERTETANGGA

Etika Bertetangga
Hidup bertetangga
Istimroor-belajar.blogspot.com. Tetangga adalah orang yang terdekat bagi sebuah keluarga, merekalah pertama kali yang akan mengulurkan tangan kepada kita saat kita mengalami kesusahan, dan begitu pula seharusnya kita. Mereka juga termasuk ruang pembentukan anak-anak kita, kenyamanan hidup akan diperoleh bila interaksi yang baik dapat terjalin di antara keluarga kita dan para tetangga. Dengan bersatunya lingkungan antar keluarga dan tujuan membentuk lingkungan yang nyaman dan baik tentunya akan membentuk pribadi-pribadi yang kuat dan berdiri dalam kebaikan, sedangkan apabila terbentuk sebaliknya maka akan timbul kerusuhan dan kerusakan yang akan menghancurkan tiap generasi bangsa.
Oleh karena itu perlulah kiranya kita memperhatikan etika dalam bertetangga yang perlu dijaga oleh setiap anggota keluarga dalam bermasyarakat :

Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu : “....Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “hendaklah ia berperilaku baik terhadap tetangganya”. (Muttafaq ‘alaih).

Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.

Hendaknya kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.

Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatan-nya”. (Muttafaq’alaih).

Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.

Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr: “Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu”. (HR. Muslim).

Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke rumah. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.

Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.

Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah.... –Disebutkan di antaranya- :Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Adab-adab  ini diambil dari buku Etika Seorang Muslim, Departemen Ilmiah Darul Wathan, Jakarta : Dar al-Haq, 2005, Tarjamah dari Adab al-Muslim fi al-Yaum wa al-Lailah oleh : Musthafa Aini, Lc


 

ETIKA (ADAB) BERPAKAIAN DAN BERHIAS


ETIKA (ADAB) BERPAKAIAN DAN BERHIAS
doa mengenakan pakaian
Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda kepada salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya mengenakan pakaian jelek : "Apabila Allah Tabaroka wata'ala mengaruniakan kepadamu harta, maka tampakkanlah bekas ni`mat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada di baliknya.

Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. Karena hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas Radhiallaahu 'anhu ia menuturkan: "Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum laki-laki yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria." (HR. Al-Bukhari).Tasyabbuh atau penyerupaan itu bisa dalam bentuk pakaian ataupun lainnya.

Pakaian tidak merupakan pakaian show (untuk ketenaran), karena Rasulullah Shalallallahu ‘alaii wa sallam telah bersabda: "Barang siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat." ( HR. Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib, karena hadits yang bersumber dari Aisyah Radhiallaahu 'anha menyatakan bahwasanya beliau berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi menghapusnya". (HR. Al-Bukhari dan Ahmad).

Laki-laki tidak boleh memakai emas dan kain sutera kecuali dalam keadaan terpaksa. Karena hadits yang bersumber dari Ali Radhiallaahu 'anhu mengatakan: "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  pernah membawa kain sutera di tangan kanannya dan emas di tangan kirinya, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya dua jenis benda ini haram bagi kaum lelaki dari umatku". (HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki. Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di dalam neraka" (HR. Al-Bukhari). Adapun perempuan, maka seharusnya pakaiannya menutup seluruh badannya, termasuk kedua kakinya. Adalah haram hukumnya orang yang menyeret (meng- gusur) pakaiannya karena sombong dan bangga diri. Sebab ada hadits yang menyatakan : "Allah tidak akan memperhatikan di hari Kiamat kelak kepada orang yang menyeret kainnya karena sombong". (Muttafaq ‘alaih).

Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian atau lainnya. Aisyah Radhiallaahu 'anha di dalam haditsnya berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam segala perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci”. (Muttafaq ‘alaih).

Disunnatkan kepada orang yang mengenakan pakaian baru membaca :
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَذَا الثَّوْبِ وَ رَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَ لَا قُوَّةٍ
"Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku dengan pakaian ini dan mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan kekuatan dariku". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Disunnatkan memakai pakaian berwarna putih, karena hadits mengatakan: "Pakailah yang berwarna putih dari pakaianmu, karena yang putih itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu ..." (HR. Ahmad dan dinilah shahih oleh Albani).

Disunnatkan menggunakan farfum bagi laki-laki dan perempuan, kecuali bila keduanya dalam keadaan berihram untuk haji ataupun umrah, atau jika perempuan itu sedang berihdad (berkabung) atas kematian suaminya, atau jika ia berada di suatu tempat yang ada laki-laki asing (bukan mahramnya), karena larangannya shahih.

Haram bagi perempuan memasang tato, menipiskan bulu alis, memotong gigi supaya cantik dan menyambung rambut (bersanggul). Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam di dalam haditsnya mengatakan: "Allah melaknat (mengutuk) wanita pemasang tato dan yang minta ditatoi, wanita yang menipiskan bulu alisnya dan yang meminta ditipiskan dan wanita yang meruncingkan giginya supaya kelihatan cantik, (mereka) mengubah ciptaan Allah". Dan di dalam riwayat Imam Al-Bukhari disebutkan: "Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya". (Muttafaq'alaih).

Tulisan ini diambil dari buku Etika Seorang Muslim, Departemen Ilmiah Darul Wathan, Jakarta : Dar al-Haq, 2005, Tarjamah dari Adab al-Muslim fi al-Yaum wa al-Lailah oleh : Musthafa Aini, Lc

 

Etika (Adab) Buang Hajat


ETIKA (ADAB) MEMBUANG HAJAT
doa masuk dan keluar kamar mandi
Segera membuang hajat. Apabila seseorang merasa akan buang air maka hendaknya bersegera melakukannya, karena hal tersebut berguna bagi agamanya dan bagi kesehatan jasmani.

Menjauh dari pandangan manusia di saat buang air (hajat). berdasarkan hadits yang bersumber dari al-Mughirah bin Syu`bah Radhiallaahu 'anhu disebutkan " Bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila pergi untuk buang air (hajat) maka beliau menjauh". (Diriwayatkan oleh empat Imam dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
Menghindari tiga tempat terlarang, yaitu aliran air, jalan-jalan manusia dan tempat berteduh mereka. Sebab ada hadits dari Mu`adz bin Jabal Radhiallaahu 'anhu yang menyatakan demikian.

Tidak mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang demikian itu supaya aurat tidak kelihatan. Di dalam hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu ia menuturkan: "Biasanya apabila Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam hendak membuang hajatnya tidak mengangkat (meninggikan) kainnya sehingga sudah dekat ke tanah. (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi, dinilai shahih oleh Albani).

Tidak membawa sesuatu yang mengandung penyebutan Allah kecuali karena terpaksa. Karena tempat buang air (WC dan yang serupa) merupakan tempat kotoran dan hal-hal yang najis, dan di situ setan berkumpul dan demi untuk memelihara nama Allah dari penghinaan dan tindakan meremehkannya.

 Dilarang menghadap atau membelakangi kiblat, berdasarkan hadits yang bersumber dari Abi Ayyub Al-Anshari Radhiallahu'anhu menyebutkan bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apabila kamu telah tiba di tempat buang air, maka janganlah kamu menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya, apakah itu untuk buang air kecil ataupun air besar. Akan tetapi menghadaplah ke arah timur atau ke arah barat". (Muttafaq'alaih).Ketentuan ini berlaku apabila di ruang terbuka saja. Adapun jika di dalam ruang (WC) atau adanya pelindung / penghalang yang membatasi antara si pembuang hajat dengan kiblat, maka boleh menghadap ke arah kiblat.

Dilarang kencing di air yang tergenang (tidak mengalir), karena hadits yang bersumber dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan sekali-kali seorang diantara kamu buang air kecil di air yang menggenang yang tidak mengalir kemudian ia mandi di situ".(Muttafaq'alaih).

Makruh mencuci kotoran dengan tangan kanan, karena hadits yang bersumber dari Abi Qatadah Radhiallaahu 'anhu menyebutkan bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan sekali-kali seorang diantara kamu memegang dzakar (kemaluan)nya dengan tangan kanannya di saat ia kencing, dan jangan pula bersuci dari buang air dengan tangan kanannya." (Muttafaq'alaih).

Dianjurkan kencing dalam keadaan duduk, tetapi boleh jika sambil berdiri. Pada dasarnya buang air kecil itu di lakukan sambil duduk, berdasarkan hadits `Aisyah Radhiallaahu 'anha yang berkata: Siapa yang telah memberitakan kepada kamu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam kencing sambil berdiri, maka jangan kamu percaya, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah kencing kecuali sambil duduk. (HR. An-Nasa`i dan dinilai shahih oleh Al- Albani). Sekalipun demikian seseorang dibolehkan kencing sambil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya aman dari percikan air kencingnya dan aman dari pandangan orang lain kepadanya. Hal itu karena ada hadits yang bersumber dari Hudzaifah, ia berkata: "Aku pernah bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam (di suatu perjalanan) dan ketika sampai di tempat pembuangan sampah suatu kaum beliau buang air kecil sambil berdiri, maka akupun menjauh daripadanya. Maka beliau bersabda: "Mendekatlah kemari". Maka aku mendekati beliau hingga aku berdiri di sisi kedua mata kakinya. Lalu beliau berwudhu dan mengusap kedua khuf-nya." (Muttafaq alaih).

 Makruh berbicara di saat buang hajat kecuali darurat. berdasarkan hadits yang bersumber dari Ibnu Umar Shallallaahu 'alaihi wa sallam diriwayatkan: "Bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki lewat, sedangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. sedang buang air kecil. Lalu orang itu memberi salam (kepada Nabi), namun beliau tidak menjawabnya. (HR. Muslim).

Makruh bersuci (istijmar) dengan mengunakan tulang dan kotoran hewan, dan disunnatkan bersuci dengan jumlah ganjil. Di dalam hadits yang bersumber dari Salman Al-Farisi Radhiallaahu 'anhu disebutkan bahwasanya ia berkata: "Kami dilarang oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam beristinja (bersuci) dengan menggunakan kurang dari tiga biji batu, atau beristinja dengan menggunakan kotoran hewan atau tulang. (HR. Muslim).Dan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: " Barangsiapa yang bersuci menggunakan batu (istijmar), maka hendaklah diganjilkan."

Disunnatkan masuk ke WC dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya masing-masing. Dari Anas bin Malik Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata: "Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila masuk ke WC mengucapkan :
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَ الْخَبَائِثِ
 "Allaahumma inni a'udzubika minal khubusi wal khabaaits" Artinya, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pada syetan jantan dan setan betina".
Dan apabila keluar, mendahulukan kaki kanan sambil mengucapkan :
غُفْرَانَكَ
"Ghufraanaka" (ampunan-Mu ya Allah).

Mencuci kedua tangan sesudah menunaikan hajat. Di dalam hadis yang bersumber dari Abu Hurairah ra. diriwayatkan bahwasanya "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam menunaikan hajatnya (buang air) kemudian bersuci dari air yang berada pada sebejana kecil, lalu menggosokkan tangannya ke tanah. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Tulisan ini diambil dari buku Etika Seorang Muslim, Departemen Ilmiah Darul Wathan, Jakarta : Dar al-Haq, 2005, Tarjamah dari Adab al-Muslim fi al-Yaum wa al-Lailah oleh : Musthafa Aini, Lc
 

Adab Tidur dan Bangun Tidur


Bismillah,
1.      Berinstropeksi diri (muhasabah) sesaat sebelum tidur.
Sangan dianjurkan sekali bagi setiap muslim bermuhasabah sesaat sebelum tidur, untuk megevaluasi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya baik maka hendaknya memuji pada Allah Ta’ala dan jika sebaliknya maka hendaknya segera memohon apunan-Nya, kembali dan bertaubat kepada-Nya.
Selalulah berdoa sebelum dan sesudah tidur.

2.      Tidur dini, berdasarkan hadis dari Aisyah RadliyAllahu ‘anha: Bahwasannya Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat ( Muttafaq ‘alaih)
3.      Disunahkan berwudlu sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah kanan. Al-Bara’ bin ‘Azib radliyAllahu ‘anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Apa bila kamu akan tidur, maka berwudlulah sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian berbaring  mirilah sebelah kanan..” dan tidak mengapa berbaring sebelah kiri nantinya.
4.      Disunahkan mengibaskan sprei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radliyAllahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apabila seseorang diantara kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tdak tahu apa yang ada di atasnya...” di dalam satu riwayat dikatakan: “tiga kali”.(Muttafaq ‘Alaihi)
5.      Makruhh tidur tengkurap. Abu Dzar radliyAllahu ‘anhu menuturkan : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lewat melintasi aku, dikala itu aku sedang berbaring tengkurap. Maka Nabi membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda : “wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (tengkurap) adaah cara berbaringnya penghuni Neraka”. (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh al-Albani)
6.      Makruh tidur di atas dak terbuka, berdasarkan hadis yang bersumber dari ‘Ali bin Syaibah disebutkan bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya maka hilanglah jamian darinya.” (HR. Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad dan dinilai shahih oleh al-Albani).
7.      Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir radliyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana, dan tutuplah makanan dan minuman.” (Muttafaq ‘alaihi)
8.      Membaca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, surah al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan al-Nas), karena banyak hadis shahih yang mengganjurkan hal tersebut.
9.      Membaca doa-doa dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti :
اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
“Ya Allah peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-hamba-Mu”. Dibaca tiga kali (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh al-Albani)
Dan membaca :
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَ أَحْيَا
“Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup”(HR. Al-Bukhari)
10.   Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunahkan (diajurkan) berdoa, dengan doa
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَ شَرِّ عِبَادِهِ وَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَ أَنْ يَحْضُرُوْنِ
“Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murkaNya, kkejahatan hamba-hambaNya, dari gangguan setan dan kehadiran mereka padaku”. (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh al-Albani)
11.   Hendaknya apabila bangun tidur membaca :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَ إِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikanNya, dan kepadaNya-lah kami dikembalikan”. (HR. Al-Bukhari)

Sumber :
Departemen Ilmiah Darul Wathan,2001,Etika Seorang Muslim, Jakarta : Darul Haq
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Istimroor - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger