Etika Bertetangga
Istimroor-belajar.blogspot.com. Tetangga adalah orang yang terdekat bagi sebuah keluarga,
merekalah pertama kali yang akan mengulurkan tangan kepada kita saat kita
mengalami kesusahan, dan begitu pula seharusnya kita. Mereka juga termasuk
ruang pembentukan anak-anak kita, kenyamanan hidup akan diperoleh bila
interaksi yang baik dapat terjalin di antara keluarga kita dan para tetangga.
Dengan bersatunya lingkungan antar keluarga dan tujuan membentuk lingkungan
yang nyaman dan baik tentunya akan membentuk pribadi-pribadi yang kuat dan berdiri
dalam kebaikan, sedangkan apabila terbentuk sebaliknya maka akan timbul
kerusuhan dan kerusakan yang akan menghancurkan tiap generasi bangsa.
Oleh karena itu perlulah kiranya kita memperhatikan etika dalam
bertetangga yang perlu dijaga oleh setiap anggota keluarga dalam bermasyarakat
:
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda,
sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu : “....Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “hendaklah ia berperilaku
baik terhadap tetangganya”. (Muttafaq ‘alaih).
Bangunan yang kita bangun jangan
mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari
sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah
merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
Hendaknya kita memelihara
hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita jaga harta dan kehormatan
mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan
bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata
kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.
Tidak melakukan suatu kegaduhan
yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV,
atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau
menutup jalan bagi mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
telah bersabda: “Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah,
tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab:
“Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatan-nya”. (Muttafaq’alaih).
Jangan kikir untuk memberikan
nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka
berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan
nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
Hendaknya kita selalu memberikan
makanan kepada tetangga kita. Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr: “Wahai Abu Dzarr, apabila
kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah
tetanggamu”. (HR. Muslim).
Hendaknya kita turut bersuka cita
di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada,
bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke
rumah. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada
kita.
Hendaknya kita tidak mencari-cari
kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan
mereka.
Hendaknya kita sabar atas prilaku
kurang baik mereka terhadap kita. Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai
Allah.... –Disebutkan di antaranya- :Seseorang yang mempunyai tetangga,
ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya
itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya”. (HR.
Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Adab-adab ini diambil dari buku
Etika Seorang Muslim, Departemen Ilmiah Darul Wathan, Jakarta : Dar al-Haq,
2005, Tarjamah dari Adab al-Muslim fi al-Yaum wa al-Lailah oleh : Musthafa
Aini, Lc
No comments:
Post a Comment